Silahkan Tinggalkan Pesan

Wilayat

Wilayat
Tidak ada satu titik keraguan bahwa orang yang memiliki wilayah Ahlulbait as berhak mendapatkan keselamatan. Sesungguhnya ia akan bersama pada nabi as dan imam maksum as. Imam Ridha as berkata, “Allah akan menghimpun syi’ah-syi’ah kami pada hari pengadilan dalam suatu kondisi sedemikian sehingga wajah-wajah mereka kemilau dengan cahaya. Argumen-argumennya menjadi nyata dan hujahnya jelas di depan Allah. Adalah wajib bagi Allah untuk menghimpunkan syi’ah-syi’ah kami dengan para nabi, para syahid, dan orang-orang yang benar pada hari keputusan. Orang-orang ini adalah sebaik-baik pengikut.” (Bihar al-Anwar)
Pengertian Wilayah
Tertulis dalam kitab Majma al-Bahrayn sehubungan dengan pengertian kata ‘wilayah’: ‘Wilayah adalah kecintaan kepada Ahlulbait as, konsekuensi alamiah dari kecintaan itu adalah mengikuti mereka dalam masalah-masalah keagamaan, memenuhi kewajiban-kewajiban yang disematkan kepada kita dan menjauhi hal-hal yang dilarang. Wilayat adalah melangkah di atas jejak-jejak kaki Ahlulbait as, mengikuti cara-cara mereka dalam perbuatan, perilaku, dan perkataan.”
Dengan demikian, wilayah artinya kecintaan dan ketaatan. Pengertian ini didukung oleh sebuah hadis dari Imam Muhammad Baqir as dimana Imam as telah mengaitkan cinta dengan ketaatan.
Wilayah Ali adalah Benteng Allah yang Kuat
Hadis yang menguraikan konsep ini ditemukan dalam hadis Silsilat adz-Dzahab (Silsilah Emas). Diriwayatkan oleh Imam Ridha dari Imam Jafar sebagai berikut: “Allah berfirman, ‘Wilayah Ali bin Abi Thalib adalah benteng-Ku. Maka barangsiapa yang memasuki benteng-Ku ia aman dari murka-Ku.” (‘Uyun al-Akhbar ar-Ridha)
Tak syak lagi, memasuki wilayah Ahlulbait yang maksum berarti berlindung kepada Ahlulbait, menjauhi semua perbuatan haram dan menjauhi musuh-musuh mereka. Kata “tahassum” bermakna “berlindung pada benteng yang kokoh” dan itu juga berarti bahwa perlindungan itu bukan hanya fisik namun dalam bentuk moral (secara ruhani) juga. Karena itu, ia adala perintah untuk berlindung kepada pribadi-pribadi agung ini dan mengikuti teladan-teladan mulia mereka dalam semua sisi baik ucapan maupun perbuatan. Ringkasnya, orang yang mengikuti mereka sesungguhnya telah berlindung pada benteng mereka.
Pengakuan Lisan yang Tidak Disertai dengan Perbuatan Tidaklah Cukup
Setelah menguraikan sifat-sifat Syi’ah, Imam Muhammad Baqir berkata, “Wahai Jabir, apakah cukup bagi orang dengan mengatakan ‘Saya mencintai Ali dan saya telah mencapai wilayah-nya’, sementara ia tidak beramal atasnya?’”
“Jika seseorang berkata, “Sesungguhnya aku mencintai Nabi saw karena ia lebih utama daripada Ali dan aku adalah syi’ah Muhammad’, tetapi dengan klaim ini ia tidak mengikuti Ahlulbait as yang justru diperintahkan oleh Nabi saw untuk mengikuti mereka, maka kecintaan itu tidak ada manfaatnya. Yang mengejutkan bahkan setelah mengakui mencintai Nabi saw mereka tidak mengikuti Ahlulbaitnya as. Sungguh, semata-mata mengklaim cinta tidaklah cukup.”
Keberhasilan Hanya Melalui Amal Perbuatan
Hadis itu selanjutnya menuturkan, “Wahai Jabir, kedekatan kepada Allah tidak dapat dicapai tanpa ketaatan kepada-Nya. Ketika pengikut (syi’ah) kami tidak melakukan ketaatan dan amal (atas pengakuan mereka), maka kami tidak punya kewenangan untuk membebaskan mereka dari neraka. Pengakuan lisan semata seperti, “Saya Syi’ah”, bukan hujah yang cukup bagi Allah. (Artinya, apabila Allah berkehendak, Dia bisa memasukkannya ke dalam siksa. Allah tidak menjanjikan memberikan keselamatan atas para pengaku Syi’ah. Kriteria (mendapatkan keselamatan) adalah kepatuhan dan amal saleh). Maka, wali (kekasih) kami hanyalah orang yang menaati Allah dan musuh kami adalah orang yang berbuat dosa. Wilayah kami tidak dapat diraih kecuali dengan ketakwaan dan amal saleh.”